Penelitian
menunjukkan bahwa pernikahan seseorang yang punya masalah dengan
pornografi atau kelainan seksual sering terganggu seperti kurangnya
kemesraan dan sensitivitas, dengan bertambahnya kecemasan, kerahasiaan,
menyendiri dan ketidak berfungsian hubungan keluarga secara normal.
Oleh karena itu banyak pecandu pornografi yang kehilangan pekerjaan
sebagai akibat dari melihat pornografi dari komputer kantor, pernikahan
mereka sering berakhir karena sifat mereka yang tidak normal.
Hidup sebagai pemain basket professional kelihatannya menarik,
bayarannya besar, hanya perlu pakai celana pendek untuk bekerja dan
tujuan pekerjaannya adalah memasukkan bola ke keranjang sebanyak
mungkin. Misal saja hal itu jadi rencanamu: menjadi pemain bola
profesional pada umur 21 tahun. Kesempatan itu bisa dicapai jika tidak
kau mulai dengan kebiasaan merokok dan menggantinya dengan permen
karet.
Lalu apa hubungannya NBA dengan pornografi? Maksudnya adalah, umumnya
kita punya rencana tentang apa yang ingin kita lakukan dalam hidup, dan
bagi mayoritas orang, rencana tersebut adalah ”berkeluarga”.
Sesungguhnya 80% remaja berkata bahwa menikah adalah prioritas penting
dalam rencana hidup merekadan menganggap bahwa orang yang telah menikah
cenderung akan berkata sangat bahagia dengan hidupnya, tujuan yang
sangat mulia. Masalahnya bagi pecandu pornografi adalah pernikahan yang
sehat dan pornografi tak bisa bercampur. Penelitian menunjukkan bahwa
pernikahan seseorang yang punya masalah dengan pornografi atau tekanan
seksual sering terganggu dengan kurangnya kemesraan dan sensitivitas,
seperti halnya juga bertambah kecemasan, kerahasiaan, menyendiri dan
ketidak berfungsian hubungan tesebut.
Dan karena itu banyak pecandu porno yang kehilangan pekerjaan sebagai
akibat dari melihat pornografi dari komputer perusahaan, pernikahan
mereka sering juga berakhir dengan kurangnya jaminan keuangan.
Sesungguhnya banyak wanita – tanpa memandang agama dan kepercayaan
mereka – menganggap bahwa melihat pornografi sebagai sebuah ancaman
serius untuk menikah.
Mengapa? Satu hal, jika pasangannya sering melihat pornografi, hal
tersebut dapat mengurangi waktu yang bisa mereka habiskan berdua. Di
atas segalanya, banyak pasangan menganggap pornografi itu adalah
selingkuh – atau hampir berselingkuh – saat pasangannya melihat gambar
tubuh orang lain untuk menimbulkan gairah. Dan selingkuhan virtual bukan
hanya hal yang harus dikhawatirkan oleh pasangan dari pecandu
pornografi.
Studi telah menemukan bahwa pecandu pornografi yang sudah menikah
lebih mungkin berhubungan seks dengan orang lain selain dari pasangannya
dibanding yang bukan pecandu. Dan laki-laki yang mencandu pornografi
kemungkinan sering pergi ke tempat prostitusi. Seperti yag dikatakan
seorang peneliti, ”laki-laki yang sering menyaksikan penyiksaan wanita
dalam film porno terus menerus, dan mereka tidak bisa melakukan hal
tersebut dengan istri, teman wanita, atau anak-anaknya, maka mereka akan
memaksa pelacur/WTS yang melakukannya.” Dan jka seorang pecandu tidak
pernah bertindak sejauh itu, orang-orang yang melihat pornografi juga
cenderung menjadi permisif secara seksual – misalnya; tidak masalah
punya banyak partner seks dan aneka perilaku seks yang berbahaya – yang
dihubungkan dengan terjadinya pernikahan yang kurang stabil di kemudian
hari. Dan hasilnya, perceraian yang diakibatkan pornografi telah
”meledak”.
Dr. Gary Brook, seorang psikolog yang telah menangani pecandu pornografi selama 30 tahun. Dalam suatu survey dari anggota American Academy of Matrimonial Lawyers
tahun 2002, 62% pengacara perceraian yang disurvei menyatakan bahwa
obsesi terhadap pornografi telah menjadi faktor utama dalam kasus
perceraian yang mereka tangani pada tahun lalu. Setuju atau tidak,
pernikahan pecandu pornografi hancur, pasangan mereka bukanlah
satu-satunya yang terkena dampak. Anak-anak juga sering menjadi korban,
baik dengan cara terpapar gambar porno secara langsung atau diabaikan
oleh orang tua yang seharusnya menghabiskan waktu bersama anak-anak
mereka daripada duduk menyendiri di depan komputer.
Dalam jajak pendapat tahun 2004 oleh majalah Elle dan
MSNBC.com, 1 dari 5 responden mengaku bahwa pornografi menyita
waktu-waktu yang biasanya digunakan bersama pasangan atau anak-anak. Di
antara pecandu yang menghabisakan 5 jam atau lebih per minggu untuk
melihat pornografi jumlahnya mencapai 37%. Tidak semua orang punya
cita-cita menjadi pemain NBA, tetapi umumnya orang ingin bahagia dan
juga memiliki keluarga yang bahagia. Dan semakin kita tahu tentang
pornografi dan dampaknya, semakin jelas bahwa kebiasaan pornografi
membuat tujuan-tujuan hidup semakin sulit diraih.
0 comments:
Post a Comment